Written by : Sari Diwanti Putri/3614100063
Undergraduated Student of Urban and Regional Planning Institute Technology of Sepuluh Nopember
Kota merupakan pusat aglomerasi dari berbagai
aktivitas sehingga memungkinkan suatu kota untuk berkembang, tumbuh, dan
semakin maju. Kota Blitar yang sejak penerapan otonomi daerah yaitu
tahun 2000 mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga dalam Rencana Tata
Ruang Wilayah Nasional Kota Blitar meskipun termasuk dalam kategori kota sedang
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Selaras dengan itu, dalam RTRW
Propinsi Jawa Timur, Kota Blitar ditetapkan sebagai pusat kegiatan dari Satuan
Wilayah Pembangunan baru yaitu SWP Blitar yang telah dipisahkan dari SWP
Kediri. Dengan demikian ada beberapa tugas penting
yang diemban Kota Blitar sebagai Pusat SWP, antara lain sebagai wilayah yang
mampu memfasilitasi hinterlandnya (Kabupaten Blitar) agar berkembang secara signifikan
pula.
I.
Letak
Geografis dan Administrasi
Kota Blitar merupakan
ibu kota Blitar, secara geografis wilayah Kota Blitar terletak 112°14' -
112°28' Bujur Timur dan 8°2' - 8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah ± 32,58
km2, yang dibagi dalam tiga wilayah Kecamatan (Sukorejo,
Kepanjenkidul, dan Sananwetan). Secara administasi batas-batas wilayahnya
adalah sebagai berikut :
Ø Batas
wilayah utara : Kec. Nglegok dan Kec. Garum, Kabupaten Blitar
Ø Batas
wilayah selatan : Kec. Garum dan Kec.
Kanigoro, Kabupaten Blitar
Ø Batas
wilayah Barat : Kec. Kanigoro dan Kec. Sanankulon Kabupaten Blitar
Ø Batas
wilayah Timur : Kec. Sanankulon dan Kec. Nglegok, Kabupaten Blitar
Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kota Blitar
Sumber : RTRW Kota Blitar, 2010-2030
Tabel
1.1 Nama Kecamatan dan Luasnya di Kota Blitar
Kecamatan
|
Luas
Wilayah (ha)
|
Sokorejo
|
9.9247
|
Kepanjenkidul
|
10.5023
|
Sananwetan
|
12.1516
|
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
Berdasarkan
tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Sananwetan memiliki luas
wilayah paling besar yaitu sebesar 12.1516 ha sedangkan
luas wilayah paling kecil yakni Kecamatan Sukorejo yaitu sebesar 9.9247 ha.
II.
Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Blitar tahun 2009 adalah 139.471
jiwa (meningkat sebesar 2.738 jiwa atau 2 (dua) persen dari tahun 2008). Kecamatan dengan jumlah
penduduk terbesar adalah Kecamatan Sananwetan dengan jumlah
penduduk sebesar 52.087 jiwa, diikuti Kecamatan Sukorejo sebesar 47.387 jiwa,
dan yang terkecil adalah penduduk Kecamatan Kepanjenkidul 39.997 jiwa. Jumlah
penduduk Kota Blitar secara terperinci dapat dilihat pada garafik di bawah ini
:
Grafik 1. Jumlah Penduduk Kota Blitar Berdasarkan Jenis
Kelamin Tahun 2009
Sumber : Pengelolaan Data Kota Blitar Dalam Angka, 2010
Berdasarkan diagram perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan,
terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk
laki-laki (selisih 339 jiwa), sehingga mempengaruhi jumlah penduduk yang
cenderung meningkat karena penduduk perempuan berkontribusi terhadap angka
kelahiran. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan faktor alami (Lahir dan Mati)
di Kota Blitar 2.670 jiwa pada tahun 2009, dan penduduk berdasarkan faktor non
alami (Datang dan Pergi) yaitu berjumlah 5.216 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan
Faktor Alami dan Non Alami Kota Blitar Tahun 2009
Kecamatan
|
Jumlah Penduduk
|
Total
|
|||
Lahir
|
Mati
|
Datang
|
Pergi
|
||
Sukorejo
|
398
|
420
|
886
|
746
|
2.450
|
Kepanjenkidul
|
395
|
351
|
803
|
696
|
2.245
|
Sananwetan
|
693
|
413
|
1.116
|
969
|
3.191
|
J u m l a h
|
1.486
|
1.184
|
2.805
|
2.411
|
7.886
|
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
III.
Perekonomian Kota Blitar
Kegiatan
ekonomi penduduk Kota Blitar beraneka ragam, antara lain kegiatan pertanian,
peternakan, perdagangan, dan industri. Kegiatan perdagangan berjalan cukup
kondusif terutama yang berada di jalan-jalan utama yang ada di Kota Blitar. Selain bertumpu pada sektor pertanian juga terdapat
sektor peternakan yang cukup berperan dalam perekonomian Kota Blitar seperti
peternakan sapi perah, sapi potong, kuda, babi, kambing, dan domba. Berbagai
fasilitas perdagangan dan jasa skala besar yang tersedia di Kota Blitar,
diantaranya pasar legi, pasar terpadu (pasar hewan), pusat agribisnis dan Ikan
Hias, dan sebagainya. Sedangkan fasilitas skala lokal seperti pasar kecamatan,
toko dan warung tersebar di seluruh wilayah Kota Blitar. Selain itu, lokasi kawasan industri cenderung mengelompok
pada lingkungan perumahan berbentuk home industri dengan hasil kerajinan yang
serupa seperti kerajinan tangan, pengolahan pangan, dan sebagainya.
Untuk melihat keberhasilan pembangunan sektor ekonomi
suatu wilayah dapat dilihat berdasarkan PDRB per kapita daerah tersebut.
Dilihat dari perkembangan PDRB Kota Blitar selama periode tahun 2005-2009 atas
dasar harga berlaku PDRB per kapita cenderung mengalami peningkatan dengan
rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya adalah sebesar 13,25%. Sementara jika
dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2000, pertumbuhan PDRB per kapita Kota
Blitar tahun 2009 naik sebesar 5,31% yaitu sebesar Rp 5.465.959,00.
IV.
Sarana
4.1
Permukiman
Perumahan mempunyai luas sekitar 1.178,24 Ha, dengan distribusi di
Kecamatan Sukorejo seluas 371,74 Ha, Kepanjen Kidul 327,13 Ha, dan Sananwetan
seluas 479,36 Ha. Kecenderungan berkembangan perumahan di Kota Blitar
adalah gabungan dari pola linier dan grid, dimana permukiman cenderung
mengikuti jaringan jalan yang sudah ada dan menyebar mengikuti jalan lingkungan. Untuk perumahan yang berkembang
pada sepanjang jalan utama kota cenderung berkembang secara memusat karena pada
lokasi ini memiliki akses jalan yang baik dengan kelengkapan fasilitas,
didukung juga dengan adanya pusat perdagangan dan jasa.
4.2
Pendidikan
Fasilitas
pendidikan umum yang ada di Kota Blitar meliputi TK, SD, SMP dan SMA, serta
fasilitas pendidikan agama mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah
Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. Berikut
merupakan peta persebaran pendidikan di Kota Blitar.
Tabel 4. Fasilitas Pendidikan Kota Blitar Diperinci Tiap Kecamatan
Tahun 2009
No
|
Kecamatan
|
Pendidikan
Umum
|
Pendidikan
Agama
|
|||||
TK
|
SD
|
SMP
|
SMA/SMK
|
MI
|
MTs
|
MA
|
||
1
|
Sukorejo
|
26
|
19
|
5
|
6
|
2
|
2
|
1
|
2
|
Kepanjenkidul
|
21
|
22
|
6
|
6
|
2
|
3
|
1
|
3
|
Sananwetan
|
35
|
34
|
10
|
10
|
2
|
-
|
-
|
J u m
l a h
|
82
|
75
|
21
|
22
|
6
|
5
|
2
|
Sumber : Kota Blitar Dalam
Angka, 2010
4.3
Kesehatan
Fasilitas kesehatan
pada wilayah ini mencakup jumlah Rumah Sakit Umum, Balai Pengobatan, Rumah
Sakit Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik KB, Posyandu,
Laboratorium Klinik, Apotik, Toko Obat dan Optik. Untuk lebih jelasnya mengenai
jumlah dan persebaran fasilitas kesehatan pada Kota Blitar dapat dilihat pada
tabel di bawah ini :
Tabel
5.
Fasilitas Kesehatan
Kota Blitar Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
No.
|
Kecamatan
|
RS
|
RSB
|
BP
|
Puskesmas
|
Pus.
Pemb
|
Klinik KB
|
Posyandu
|
Lab.
Klinik
|
Apotek
|
Toko Obat
|
Optik
|
1
|
Sukorejo
|
1
|
1
|
1
|
1
|
4
|
1
|
51
|
1
|
7
|
-
|
1
|
2
|
Kepanjenkidul
|
2
|
1
|
2
|
1
|
6
|
2
|
49
|
4
|
13
|
1
|
9
|
3
|
Sananwetan
|
2
|
-
|
1
|
1
|
6
|
1
|
58
|
-
|
8
|
-
|
-
|
Jumlah
|
5
|
2
|
4
|
3
|
16
|
4
|
158
|
5
|
28
|
1
|
10
|
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
4.4
Peribadatan
Fasilitas
peribadatan yang tersedia di wilayah Kota Blitar meliputi masjid,
mushola/langgar, gereja, wihara dan klenteng. Fasilitas yang tersebar merata
hanya fasilitas Masjid, Musholla dan Gereja, sedangkan fasilitas peribadatan
yang lain, hanya terdapat pada kecamatan tertentu dan jumlahnya juga tidak
besar.
Tabel
6.
Fasilitas Peribadatan Kota Blitar Diperinci Tiap
Kecamatan Tahun 2009
No.
|
Kecamatan
|
Masjid
|
Langgar/
Musholla
|
Gereja
|
Pura
|
Wihara
|
Klenteng
|
|
1
|
Sukorejo
|
27
|
99
|
8
|
-
|
1
|
1
|
|
2
|
Kepanjenkidul
|
27
|
95
|
9
|
-
|
1
|
-
|
|
3
|
Sananwetan
|
45
|
91
|
11
|
-
|
-
|
-
|
|
J u m l a h
|
99
|
285
|
28
|
0
|
2
|
1
|
Sumber : Kota Blitar Dalam
Angka, 2010
4.5
Fasiltas Olahraga
Jenis
fasilitas olah raga yang ada di Kota Blitar terdiri dari lapangan bola,
lapangan voli, Bulutangkis, tenis meja, dan Basket. Dari semua jenis fasilitas
olah raga, bola voli merupakan fasilitas olahraga terbanyak yang tersebar di
seluruh Kecamatan di Kota Blitar. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah fasilitas
olahraga pada Kota Blitar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Fasilitas
Olahraga Kota Blitar Tahun 2009
No.
|
Jenis Fasilitas Olahraga
|
Jumlah
|
1.
|
Sepak Bola
|
21 unit
|
2.
|
Basket
|
60 unit
|
3.
|
Bulu Tangkis
|
56 unit
|
4.
|
Tenis Meja
|
92 unit
|
5.
|
Bilyard
|
32 unit
|
Sumber : RTRW Kota
Blitar 2010-2030
Selain
itu, Kota Blitar juga memiliki beberapa Fasilitas Rekreasi dan Olahraga yang
berskala kota, antara lain Stadion Supriyadi, GOR Sukarno-Hatta, Hutan Kota
Kebon Rojo, Agrowisata Blimbing dan Waterpark Sumber Udel.
V.
Sistem Utilitas
5.1
Sistem Jaringan Listrik
Jaringan listrik yang
digunakan untuk mensuplai penduduk Kota Blitar berasal dari jaringan
interkoneksi Jawa-Bali dengan jalur suplai utama diperoleh dri PLTA Lodoyo
dengan kapasitas 1 x 4,5 MW. Disamping itu, untuk jaringan pendukung suplai
diperoleh dari PLTA Wlingi dengan daya 2 x 27 MW dan PLTA Sutami dengan daya 3
x 35 MW. Selain itu, terdapat jaringan SUTT yang melewati Kota Blitar bagian
utara. Secara umum, jaringan listrik
telah menjangkau seluruh wilayah Kota Blitar.
5.2
Sistem Jaringan Komunikasi
Pelanggan
sambungan telepon baik rumah tangga, sosial, bisnis, kantor/perusahaan maupun
flexi mengalami penurunan dari 33.115 menjadi 32.633 sambungan. Penyebabnya
adalah berkurangnya pelanggan untuk kelas rumahtangga, sosial, dan bisnis. Walaupun demikian pelanggan dari kantor/perusahaan dan
flexi justru mengalami peningkatan dari 2.282 menjadi 4.084 sambungan.
5.3 Sistem Jaringan Air Bersih
Penyediaan
air bersih di kota Blitar dikelola oleh PDAM Kota Blitar dengan sistem sumber
sumur dalam berkapasitas 430 liter/detik. Jumlah pelanggan PDAM pada akhir
tahun 2009 sebanyak 10.361 pelanggan. Total produksi air minum yang disalurkan
kepada pelanggan seperti kran umum, sosial, rumah tangga, pemerintah, niaga,
(termasuk kebocoran) di tahun 2009 sebesar 2.040.590 m3. Tingkat kebocoran pada
tahun 2009 sebesar 949.694 atau sebesar 46,54 persen dari seluruh produksi.
5.4 Sistem Jaringan Sampah
Kota
Blitar menghasilkan sampah rumah tangga sebesar 1,72 ton/tahun. Tempat
Pembuangan Akhir (TPA) Kota Blitar berlokasi di wilayah Ngegong Kelurahan Gedog
Kecamatan Sananwetan. Di lokasi ini telah dikembangkan Instalasi Pengolahan
Sampah Tuntas (IPESATU) dengan kapasitas 200-225 m3 per hari.
Peralatan yang ada untuk menangani sampah saat ini berupa 28 unit container sampah, transfer depo 10 unit, 95 unit gerobak sampah, 5 unit gerobak motor, 209 tong sampah, 3 unit buldoser, dan 7 unit truk pengangkut sampah. Pengelolaan sampah yang berasal dari rumah tangga dan pertokoan ditangani oleh masyarakat sampai di depo. Sedangkan sampah yang berasal dari jalan ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kota Blitar. Pengangkutan sampah dari depo ke TPA ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup.
5.5 Sistem Jaringan Drainase
Komponen drainase di
Kota Blitar dikelola oleh Sub. Dinas Cipta Karya Kota Blitar. Secara umum,
sistem drainase yang ada di Kota Blitar adalah sistem drainase tertutup,
sedangkan di pinggiran kota saluran airnya adalah drainase terbuka. Kondisi
drainase Kota Blitar masih merupakan drainase gabungan dimana pembuangan air
limbah dan air hujan serta air kotor disalurkan dalam satu saluran. Hal ini
disebabkan karena keterbatasan lahan untuk drainase, di samping keterbatasan
dana untuk pengadaan pemilahan fungsi dainase.
5.6 Sistem Sanitasi
Sanitasi
yang terkait dengan pengolahan limbah rumah tangga secara bersama atau komunal
telah diaplikasikan di kelurahan Sukorejo, Kauman, dan Sananwetan. Metode yang
digunakan berupa (Sanitasi Berbasis Kemasyarakatan) SANIMAS. Disamping sanitasi
untuk rumah tangga di Kota Blitar telah dikembangkan pula Instalasi Pengolah
Air Limbah (IPAL), untuk mengatasi limbah yang dihasilkan dari kegiatan home
industry di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo.
VI. Pariwisata
1. Makam Proklamator RI Bung Karno
VI. Pariwisata
1. Makam Proklamator RI Bung Karno
2. Waterpark
Sumber Udel
3. Huta
Kota Kebon Rojo
4. Alun-alun
Kota Blitar
VII.
Masalah
dan Potensi
6.1 Masalah
a. Pemasaran
pariwisata yang masih terpisah satu sama lainnya, padahal Kota Blitar memiliki
banyak kawasan wisata, baik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
b. Meningkatnya
jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Hal ini berimbas
kepada terjadinya konversi/alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkotaan.
c. Ketidakmerataan
persebaran penduduk menimbulkan terjadinya ketimpangan pembangunan.
d. Berdasarkan PDRB harga berlaku tahun 2005-2009, secara umum seluruh
sektor mengalami peningkatan nilai PDRB. Sektor dengan nilai rata-rata
pertumbuhan dan kontribusi yang terbesar terhadap PDRB Kota Blitar adalah
sektor perdagangan. Dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kota
Blitar lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, sedangkan kotribusi
sektor lain semakin menurun.
e. Semakin tingginya
jumlah pertumbuhan penduduk dan tingginya konversi lahan menjadi lahan
perkotaan akan mengancam kelestarian sumber-sumber mata air dan kualitas air
yang keluar dari mata air.
f. Pengelolaan
persampahan di wilayah Kota Blitar belum seluruhnya terlayani oleh Dinas
Lingkungan Hidup Daerah Kota Blitar. Sebagian wilayah yang belum tertangani
cenderung menggunakan sistem pembuangan on
site dengan ditimbun, dibakar atau bahkan dibuang ke sungai.
g. Pelayanan fasilitas jaringan telepon kabel belum menjangkau
sampai ke pelosok-pelosok desa.
h. Sistem air limbah di Kota Blitar hingga saat ini masih ditangani secara individu oleh
tiap-tiap rumah tangga dan masing-masing industri (baik industri rumah tangga
maupun industri skala besar).
6.2 Potensi
a. Integrasi antar
kawasan wisata maupun antara hasil industri lokal dengan kawasan wisata akan
menambah daya tarik kawasan wisata di Kota Blitar dan dapat menggerakkan
perekonomian masyarakat lokal. Selain itu dengan melakukan Kerjasama dengan
biro-biro perjalanan wisata dengan cara memasukkan Kota Blitar sebagai salah
satu tujuan dalam paket wisata akan mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Kota
Blitar.
b. Seiring
dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan ruang terbuka hijau menjadi
semakin penting, baik sebagai lahan resapan air hujan, lahan penetral polusi
udara maupun untuk menjaga keberlangsungan seluruh mata air utamanya yang ada
di Kota Blitar.
c. Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Kota Blitar, maka harus dibarengi dengan pemenuhan sarana dan prasarana
untuk mendukung aktivitas penduduk.
d. Semakin meningkatnya kontribusi sektor perdagangan
menunjukkan bahwa sebenarnya ada peluang pengembangan industri dan angkutan
yang mampu mendukung lebih berkembangnya sektor perdagangan.
e. Kota
Blitar memiliki 26 lokasi mata air yang lokasinya yang tersebar di seluruh
wilayah Kota Blitar. Potensi sumber daya air di wilayah Kota Blitar dapat
membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Banyaknya sumber mata
air dan cadangan air tanah di wilayah Kota Blitar dapat berpotensi menarik
investor swasta untuk turut mengembangkannya, baik sebagai air perpipaan maupun
air kemasan.
f. Semakin
berkembangnya penggunaan telepon seluler menyebabkan semakin tingginya
kebutuhan kualitas telekomunikasi yang lebih mudah dan lebih cepat dengan
kualitas suara yang lebih bagus. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan
pemancar telepon seluler (BTS) yang mampu menjangkau hingga daerah pelosok.
g. Semakin banyaknya
pembangunan rumah/bangunan lainnya maka semakin tinggi kebutuhan pembangunan
septictank bersama atau IPAL untuk mengolah kotoran manusia. Dengan pembangunan
septictank bersama dan pemisahan fungsi IPAL, maka pencemaran bawah tanah dan
air bawah tanah dapat dikurangi sehingga potensi pencemaran sumber air juga
dapat dikurangi.
Watch the video here :)
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2010-2030
Watch the video here :)
DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2010-2030
0 komentar:
Posting Komentar