Selasa, 29 Maret 2016

PROFIL KOTA KABUPATEN BLITAR

PROFIL KOTA KABUPATEN BLITAR 

Written by : Sari Diwanti Putri/3614100063
Undergraduated Student of Urban and Regional Planning Institute Technology of Sepuluh Nopember

Kota merupakan pusat aglomerasi dari berbagai aktivitas sehingga memungkinkan suatu kota untuk berkembang, tumbuh, dan semakin maju. Kota Blitar yang sejak penerapan otonomi daerah yaitu tahun 2000 mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Kota Blitar meskipun termasuk dalam kategori kota sedang ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW). Selaras dengan itu, dalam RTRW Propinsi Jawa Timur, Kota Blitar ditetapkan sebagai pusat kegiatan dari Satuan Wilayah Pembangunan baru yaitu SWP Blitar yang telah dipisahkan dari SWP Kediri. Dengan demikian ada beberapa tugas penting yang diemban Kota Blitar sebagai Pusat SWP, antara lain sebagai wilayah yang mampu memfasilitasi  hinterlandnya (Kabupaten Blitar) agar berkembang secara signifikan pula.
I.                   Letak Geografis dan Administrasi
Kota Blitar merupakan ibu kota Blitar, secara geografis wilayah Kota Blitar terletak 112°14' - 112°28' Bujur Timur dan 8°2' - 8°8' Lintang Selatan dengan luas wilayah ± 32,58 km2, yang dibagi dalam tiga wilayah Kecamatan (Sukorejo, Kepanjenkidul, dan Sananwetan). Secara administasi batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut :
Ø  Batas wilayah utara : Kec. Nglegok dan Kec. Garum, Kabupaten Blitar
Ø  Batas wilayah selatan :     Kec. Garum dan Kec. Kanigoro, Kabupaten Blitar
Ø  Batas wilayah Barat   :     Kec. Kanigoro dan Kec. Sanankulon Kabupaten Blitar

Ø  Batas wilayah Timur :     Kec. Sanankulon dan Kec. Nglegok, Kabupaten Blitar
Gambar 1. Peta Batas Administrasi Kota Blitar
Sumber : RTRW Kota Blitar, 2010-2030
Tabel 1.1  Nama Kecamatan dan Luasnya di Kota Blitar
Kecamatan
Luas Wilayah (ha)
Sokorejo
9.9247
Kepanjenkidul
10.5023
Sananwetan
12.1516





Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat diketahui bahwa Kecamatan Sananwetan memiliki luas wilayah paling besar yaitu sebesar 12.1516 ha sedangkan luas wilayah paling kecil yakni Kecamatan Sukorejo yaitu sebesar 9.9247 ha.
II.                Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Blitar tahun 2009 adalah 139.471 jiwa (meningkat sebesar 2.738 jiwa atau 2 (dua) persen dari tahun 2008). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Sananwetan dengan jumlah penduduk sebesar 52.087 jiwa, diikuti Kecamatan Sukorejo sebesar 47.387 jiwa, dan yang terkecil adalah penduduk Kecamatan Kepanjenkidul 39.997 jiwa. Jumlah penduduk Kota Blitar secara terperinci dapat dilihat pada garafik di bawah ini :
Grafik 1. Jumlah Penduduk Kota Blitar Berdasarkan Jenis Kelamin Tahun 2009

Sumber : Pengelolaan Data Kota Blitar Dalam Angka, 2010
Berdasarkan diagram perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan, terlihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki (selisih 339 jiwa), sehingga mempengaruhi jumlah penduduk yang cenderung meningkat karena penduduk perempuan berkontribusi terhadap angka kelahiran. Sedangkan jumlah penduduk berdasarkan faktor alami (Lahir dan Mati) di Kota Blitar 2.670 jiwa pada tahun 2009, dan penduduk berdasarkan faktor non alami (Datang dan Pergi) yaitu berjumlah 5.216 jiwa. Jumlah penduduk tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 2. Jumlah Penduduk Berdasarkan Faktor Alami dan Non Alami Kota Blitar Tahun 2009
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Total
Lahir
Mati
Datang
Pergi
Sukorejo
398
420
886
746
2.450
Kepanjenkidul
395
351
803
696
2.245
Sananwetan
693
413
1.116
969
3.191
J u m l a h
1.486
1.184
2.805
2.411
7.886
                                    Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
III.             Perekonomian Kota Blitar
Kegiatan ekonomi penduduk Kota Blitar beraneka ragam, antara lain kegiatan pertanian, peternakan, perdagangan, dan industri. Kegiatan perdagangan berjalan cukup kondusif terutama yang berada di jalan-jalan utama yang ada di Kota Blitar. Selain  bertumpu pada sektor pertanian juga terdapat sektor peternakan yang cukup berperan dalam perekonomian Kota Blitar seperti peternakan sapi perah, sapi potong, kuda, babi, kambing, dan domba. Berbagai fasilitas perdagangan dan jasa skala besar yang tersedia di Kota Blitar, diantaranya pasar legi, pasar terpadu (pasar hewan), pusat agribisnis dan Ikan Hias, dan sebagainya. Sedangkan fasilitas skala lokal seperti pasar kecamatan, toko dan warung tersebar di seluruh wilayah Kota Blitar. Selain itu, lokasi kawasan industri cenderung mengelompok pada lingkungan perumahan berbentuk home industri dengan hasil kerajinan yang serupa seperti kerajinan tangan, pengolahan pangan, dan sebagainya.
Untuk melihat keberhasilan pembangunan sektor ekonomi suatu wilayah dapat dilihat berdasarkan PDRB per kapita daerah tersebut. Dilihat dari perkembangan PDRB Kota Blitar selama periode tahun 2005-2009 atas dasar harga berlaku PDRB per kapita cenderung mengalami peningkatan dengan rata-rata pertumbuhan tiap tahunnya adalah sebesar 13,25%. Sementara jika dilihat berdasarkan harga konstan tahun 2000, pertumbuhan PDRB per kapita Kota Blitar tahun 2009 naik sebesar 5,31% yaitu sebesar Rp 5.465.959,00.
IV.             Sarana
4.1     Permukiman
Perumahan mempunyai luas sekitar 1.178,24 Ha, dengan distribusi di Kecamatan Sukorejo seluas 371,74 Ha, Kepanjen Kidul 327,13 Ha, dan Sananwetan seluas 479,36 Ha. Kecenderungan berkembangan perumahan di Kota Blitar adalah gabungan dari pola linier dan grid, dimana permukiman cenderung mengikuti jaringan jalan yang sudah ada dan menyebar mengikuti jalan lingkungan. Untuk perumahan yang berkembang pada sepanjang jalan utama kota cenderung berkembang secara memusat karena pada lokasi ini memiliki akses jalan yang baik dengan kelengkapan fasilitas, didukung juga dengan adanya pusat perdagangan dan jasa.
4.2     Pendidikan
       Fasilitas pendidikan umum yang ada di Kota Blitar meliputi TK, SD, SMP dan SMA, serta fasilitas pendidikan agama mulai dari Madrasah Ibtidaiyah (MI), Madrasah Tsanawiyah (MTs), dan Madrasah Aliyah (MA), baik negeri maupun swasta. Berikut merupakan peta persebaran pendidikan di Kota Blitar.
Tabel 4. Fasilitas Pendidikan Kota Blitar Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
No
Kecamatan
Pendidikan Umum
Pendidikan Agama
TK
SD
SMP
SMA/SMK
MI
MTs
MA
1
Sukorejo
26
19
5
6
2
2
1
2
Kepanjenkidul
21
22
6
6
2
3
1
3
Sananwetan
35
34
10
10
2
-
-
J u m l a h
82
75
21
22
6
5
2
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
4.3     Kesehatan
        Fasilitas kesehatan pada wilayah ini mencakup jumlah Rumah Sakit Umum, Balai Pengobatan, Rumah Sakit Bersalin, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Klinik KB, Posyandu, Laboratorium Klinik, Apotik, Toko Obat dan Optik. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah dan persebaran fasilitas kesehatan pada Kota Blitar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5. Fasilitas Kesehatan  Kota Blitar Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
No.
Kecamatan
RS
RSB
BP
Puskesmas
Pus.
Pemb
Klinik KB
Posyandu
Lab.
Klinik
Apotek
Toko Obat
Optik
1
Sukorejo
1
1
1
1
4
1
51
1
7
-
1
2
Kepanjenkidul
2
1
2
1
6
2
49
4
13
1
9
3
Sananwetan
2
-
1
1
6
1
58
-
8
-
-
Jumlah
5
2
4
3
16
4
158
5
28
1
10

Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010

4.4     Peribadatan
      Fasilitas peribadatan yang tersedia di wilayah Kota Blitar meliputi masjid, mushola/langgar, gereja, wihara dan klenteng. Fasilitas yang tersebar merata hanya fasilitas Masjid, Musholla dan Gereja, sedangkan fasilitas peribadatan yang lain, hanya terdapat pada kecamatan tertentu dan jumlahnya juga tidak besar.
Tabel 6. Fasilitas Peribadatan Kota Blitar Diperinci Tiap Kecamatan Tahun 2009
No.
Kecamatan
Masjid
Langgar/
Musholla
Gereja
Pura
Wihara
Klenteng
1
Sukorejo
27
99
8
-
1
1
2
Kepanjenkidul
27
95
9
-
1
-
3
Sananwetan
45
91
11
-
-
-
J u m l a h
99
285
28
0
2
1
Sumber : Kota Blitar Dalam Angka, 2010
4.5     Fasiltas Olahraga
Jenis fasilitas olah raga yang ada di Kota Blitar terdiri dari lapangan bola, lapangan voli, Bulutangkis, tenis meja, dan Basket. Dari semua jenis fasilitas olah raga, bola voli merupakan fasilitas olahraga terbanyak yang tersebar di seluruh Kecamatan di Kota Blitar. Untuk lebih jelasnya mengenai jumlah fasilitas olahraga pada Kota Blitar dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 7. Fasilitas Olahraga Kota Blitar Tahun 2009
No.
Jenis Fasilitas Olahraga
Jumlah
1.
Sepak Bola
21 unit
2.
Basket
60 unit
3.
Bulu Tangkis
56 unit
4.
Tenis Meja
92 unit
5.
Bilyard
32 unit
Sumber : RTRW Kota Blitar 2010-2030
Selain itu, Kota Blitar juga memiliki beberapa Fasilitas Rekreasi dan Olahraga yang berskala kota, antara lain Stadion Supriyadi, GOR Sukarno-Hatta, Hutan Kota Kebon Rojo, Agrowisata Blimbing dan Waterpark Sumber Udel.
V.                Sistem Utilitas
5.1     Sistem Jaringan Listrik
   Jaringan listrik yang digunakan untuk mensuplai penduduk Kota Blitar berasal dari jaringan interkoneksi Jawa-Bali dengan jalur suplai utama diperoleh dri PLTA Lodoyo dengan kapasitas 1 x 4,5 MW. Disamping itu, untuk jaringan pendukung suplai diperoleh dari PLTA Wlingi dengan daya 2 x 27 MW dan PLTA Sutami dengan daya 3 x 35 MW. Selain itu, terdapat jaringan SUTT yang melewati Kota Blitar bagian utara.  Secara umum, jaringan listrik telah menjangkau seluruh wilayah Kota Blitar.
5.2     Sistem Jaringan Komunikasi
             Pelanggan sambungan telepon baik rumah tangga, sosial, bisnis, kantor/perusahaan maupun flexi mengalami penurunan dari 33.115 menjadi 32.633 sambungan. Penyebabnya adalah berkurangnya pelanggan untuk kelas rumahtangga, sosial, dan bisnis. Walaupun demikian pelanggan dari kantor/perusahaan dan flexi justru mengalami peningkatan dari 2.282 menjadi 4.084 sambungan.
5.3     Sistem Jaringan Air Bersih
             Penyediaan air bersih di kota Blitar dikelola oleh PDAM Kota Blitar dengan sistem sumber sumur dalam berkapasitas 430 liter/detik. Jumlah pelanggan PDAM pada akhir tahun 2009 sebanyak 10.361 pelanggan. Total produksi air minum yang disalurkan kepada pelanggan seperti kran umum, sosial, rumah tangga, pemerintah, niaga, (termasuk kebocoran) di tahun 2009 sebesar 2.040.590 m3. Tingkat kebocoran pada tahun 2009 sebesar 949.694 atau sebesar 46,54 persen dari seluruh produksi.
5.4  Sistem Jaringan Sampah
           Kota Blitar menghasilkan sampah rumah tangga sebesar 1,72 ton/tahun. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kota Blitar berlokasi di wilayah Ngegong Kelurahan Gedog Kecamatan Sananwetan. Di lokasi ini telah dikembangkan Instalasi Pengolahan Sampah Tuntas (IPESATU) dengan kapasitas 200-225 m3 per hari.

Peralatan yang ada untuk menangani sampah saat ini berupa 28 unit container sampah, transfer depo 10 unit, 95 unit gerobak sampah, 5 unit gerobak motor, 209 tong sampah, 3 unit buldoser, dan 7 unit truk pengangkut sampah. Pengelolaan sampah yang berasal dari rumah tangga dan pertokoan ditangani oleh masyarakat sampai di depo. Sedangkan sampah yang berasal dari jalan ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kota Blitar. Pengangkutan sampah dari depo ke TPA ditangani oleh Dinas Lingkungan Hidup.
5.5  Sistem Jaringan Drainase
                   Komponen drainase di Kota Blitar dikelola oleh Sub. Dinas Cipta Karya Kota Blitar. Secara umum, sistem drainase yang ada di Kota Blitar adalah sistem drainase tertutup, sedangkan di pinggiran kota saluran airnya adalah drainase terbuka. Kondisi drainase Kota Blitar masih merupakan drainase gabungan dimana pembuangan air limbah dan air hujan serta air kotor disalurkan dalam satu saluran. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan untuk drainase, di samping keterbatasan dana untuk pengadaan pemilahan fungsi dainase.
5.6  Sistem Sanitasi
       Sanitasi yang terkait dengan pengolahan limbah rumah tangga secara bersama atau komunal telah diaplikasikan di kelurahan Sukorejo, Kauman, dan Sananwetan. Metode yang digunakan berupa (Sanitasi Berbasis Kemasyarakatan) SANIMAS. Disamping sanitasi untuk rumah tangga di Kota Blitar telah dikembangkan pula Instalasi Pengolah Air Limbah (IPAL), untuk mengatasi limbah yang dihasilkan dari kegiatan home industry di Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo.
VI.         Pariwisata 
               1.      Makam Proklamator RI Bung Karno


   2.      Waterpark Sumber Udel

   3.      Huta Kota Kebon Rojo

   4.      Alun-alun Kota Blitar

VII.             Masalah dan Potensi
            6.1  Masalah
a.  Pemasaran pariwisata yang masih terpisah satu sama lainnya, padahal Kota Blitar memiliki banyak kawasan wisata, baik wisata alam, wisata budaya, dan wisata buatan.
b.  Meningkatnya jumlah penduduk menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan lahan. Hal ini berimbas kepada terjadinya konversi/alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan perkotaan.
c.  Ketidakmerataan persebaran penduduk menimbulkan terjadinya ketimpangan pembangunan.
d.  Berdasarkan PDRB harga berlaku tahun 2005-2009, secara umum seluruh sektor mengalami peningkatan nilai PDRB. Sektor dengan nilai rata-rata pertumbuhan dan kontribusi yang terbesar terhadap PDRB Kota Blitar adalah sektor perdagangan. Dapat disimpulkan bahwa perekonomian Kota Blitar lebih banyak ditopang oleh sektor perdagangan, sedangkan kotribusi sektor lain semakin menurun.
e.  Semakin tingginya jumlah pertumbuhan penduduk dan tingginya konversi lahan menjadi lahan perkotaan akan mengancam kelestarian sumber-sumber mata air dan kualitas air yang keluar dari mata air.
f.  Pengelolaan persampahan di wilayah Kota Blitar belum seluruhnya terlayani oleh Dinas Lingkungan Hidup Daerah Kota Blitar. Sebagian wilayah yang belum tertangani cenderung menggunakan sistem pembuangan on site dengan ditimbun, dibakar atau bahkan dibuang ke sungai.
g.  Pelayanan fasilitas jaringan telepon kabel belum menjangkau sampai ke pelosok-pelosok desa.
h.  Sistem air limbah di Kota Blitar hingga saat ini masih ditangani secara individu oleh tiap-tiap rumah tangga dan masing-masing industri (baik industri rumah tangga maupun industri skala besar).
            6.2  Potensi
a.  Integrasi antar kawasan wisata maupun antara hasil industri lokal dengan kawasan wisata akan menambah daya tarik kawasan wisata di Kota Blitar dan dapat menggerakkan perekonomian masyarakat lokal. Selain itu dengan melakukan Kerjasama dengan biro-biro perjalanan wisata dengan cara memasukkan Kota Blitar sebagai salah satu tujuan dalam paket wisata akan mampu meningkatkan kunjungan wisata ke Kota Blitar.
b.  Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk, kebutuhan akan ruang terbuka hijau menjadi semakin penting, baik sebagai lahan resapan air hujan, lahan penetral polusi udara maupun untuk menjaga keberlangsungan seluruh mata air utamanya yang ada di Kota Blitar.
c.  Seiring berkembangnya jumlah penduduk di Kota Blitar, maka harus dibarengi dengan pemenuhan sarana dan prasarana untuk mendukung aktivitas penduduk.
d.  Semakin meningkatnya kontribusi sektor perdagangan menunjukkan bahwa sebenarnya ada peluang pengembangan industri dan angkutan yang mampu mendukung lebih berkembangnya sektor perdagangan.
e.  Kota Blitar memiliki 26 lokasi mata air yang lokasinya yang tersebar di seluruh wilayah Kota Blitar. Potensi sumber daya air di wilayah Kota Blitar dapat membantu masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan air bersih. Banyaknya sumber mata air dan cadangan air tanah di wilayah Kota Blitar dapat berpotensi menarik investor swasta untuk turut mengembangkannya, baik sebagai air perpipaan maupun air kemasan.
f.  Semakin berkembangnya penggunaan telepon seluler menyebabkan semakin tingginya kebutuhan kualitas telekomunikasi yang lebih mudah dan lebih cepat dengan kualitas suara yang lebih bagus. Oleh sebab itu diperlukan pengembangan pemancar telepon seluler (BTS) yang mampu menjangkau hingga daerah pelosok.
g.  Semakin banyaknya pembangunan rumah/bangunan lainnya maka semakin tinggi kebutuhan pembangunan septictank bersama atau IPAL untuk mengolah kotoran manusia. Dengan pembangunan septictank bersama dan pemisahan fungsi IPAL, maka pencemaran bawah tanah dan air bawah tanah dapat dikurangi sehingga potensi pencemaran sumber air juga dapat dikurangi.

Watch the video here :)


DAFTAR PUSTAKA
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Blitar Tahun 2010-2030

0 komentar:

Posting Komentar